Press ESC to close

Bicara "Langsung" atau "Berputar-putar"? Memahami Dua Gaya Retorika

  • Mei 21, 2025
  • 3 minutes read

Pernahkah Anda mendengarkan seseorang berbicara, dan langsung mengerti maksudnya tanpa banyak basa-basi? Atau sebaliknya, Anda mendengar seseorang berbicara panjang lebar, penuh kiasan, tapi setelah selesai, Anda malah bingung, "Apa ya intinya tadi?"

Dalam dunia retorika, alias seni berbicara, ada dua gaya yang sangat kontras yang bisa membantu kita memahami fenomena ini: Atisisme dan Asianisme. Kedua gaya ini sama-sama populer di zaman kuno, terutama di Yunani dan Romawi, dan sampai sekarang pun, tanpa sadar kita sering menemukan keduanya dalam kehidupan sehari-hari.


Atisisme: Sederhana, Jelas, Tepat Sasaran

Bayangkan Anda sedang mendengarkan seorang guru yang sangat pandai menjelaskan hal-hal rumit jadi mudah. Atau seorang teman yang kalau bercerita selalu to the point, jelas, dan tidak bikin Anda menebak-nebak. Itulah esensi dari Atisisme.

Gaya Atisisme ini mengambil inspirasi dari daerah Attica di Yunani, tempat kelahiran banyak pemikir dan orator besar seperti Plato. Ciri-ciri utamanya adalah:

  • Sederhana: Tidak memakai kata-kata yang rumit atau kalimat yang berbelit-belit. Pesan disampaikan sejelas mungkin.
  • Jelas: Tidak ada ambiguitas, audiens langsung paham maksudnya.
  • Tepat: Setiap kata yang digunakan memiliki tujuan, tidak ada yang sia-sia atau berlebihan. Ini seperti pisau tajam yang memotong tepat pada sasaran.

Singkatnya, Atisisme adalah gaya bicara yang mengutamakan isi dan kejelasan di atas segalanya. Jika Anda ingin pesan Anda sampai tanpa distorsi, tanpa membuat audiens lelah mencerna, inilah gaya yang ideal.


Asianisme: Rapi, Bombastis, tapi Kadang Tanpa Isi

Nah, sekarang bayangkan seorang politikus yang bicaranya berapi-api, penuh retorika dramatis, banyak kiasan, dan mungkin sedikit berlebihan dalam menunjukkan emosi. Atau seorang penulis yang karyanya penuh dengan metafora rumit dan kalimat-kalimat panjang yang memukau secara bahasa, tapi saat selesai membaca, Anda bertanya-tanya, "Jadi, apa pesannya?" Itulah Asianisme.

Gaya ini berasal dari daerah Asia Kecil (sekarang Turki), yang terkenal dengan gaya bicaranya yang lebih bersemangat dan dekoratif. Ciri-ciri Asianisme meliputi:

  • Rumit: Penggunaan kalimat majemuk yang panjang, struktur yang kompleks.
  • Bombastis: Penuh dengan kata-kata yang "wah", berlebihan, dan kadang terkesan melebih-lebihkan.
  • Kadang Tanpa Isi: Ini kritik terbesarnya. Karena terlalu fokus pada "bungkus" yang indah dan dramatis, terkadang isinya jadi kurang padat atau bahkan kosong. Ibarat makanan yang kemasannya cantik sekali, tapi rasanya hambar.

Asianisme bisa sangat memukau dan menggugah emosi, terutama dalam pidato di depan umum. Namun, risiko terbesarnya adalah pesan utamanya bisa tenggelam di balik "keramaian" gaya bahasa.


Cicero dan Pilihan Gaya Ideal

Cicero, orator ulung yang kita bahas sebelumnya, adalah salah satu pendukung kuat Atisisme sebagai gaya retorika yang ideal. Meskipun dia juga seorang ahli dalam menggunakan bahasa yang indah dan persuasif (bahkan kadang dramatis saat diperlukan), dia selalu menekankan bahwa kejelasan, ketepatan, dan kesederhanaan adalah kuncinya.

Baginya, retorika yang terbaik adalah yang bisa menyampaikan kebenaran dengan efektif, bukan hanya yang terdengar indah di telinga tapi membingungkan di kepala. Dia tidak ingin isi yang penting terkubur di bawah tumpukan kata-kata yang rumit dan berlebihan.


Pelajaran untuk Kita Saat Ini

Dalam era digital ini, di mana informasi mengalir begitu cepat, pelajaran dari Atisisme dan Asianisme menjadi sangat relevan.

  • Saat menulis email, chat, atau bahkan update status di media sosial, apakah kita memilih Atisisme agar pesan kita jelas dan ringkas?
  • Saat presentasi di depan umum atau membuat video, apakah kita terjebak dalam Asianisme yang berlebihan, sehingga audiens kehilangan inti pesan kita?

Kuncinya adalah kesadaran. Kita bisa menggunakan elemen dari kedua gaya, tergantung pada konteks dan tujuan kita. Namun, jika tujuannya adalah menyampaikan kebenaran atau informasi penting secara efektif, gaya yang sederhana, jelas, dan tepat (Atisisme) seringkali adalah pilihan terbaik.

Mas Wicarita

Founder WIcarita, portal untuk Knowledge Management System

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *