Press ESC to close

Cita-cita Orator Ideal dan Rahasia Belajar Retorika

  • Mei 22, 2025
  • 3 minutes read

Halo, teman-teman pembaca! Kita sudah mengulik banyak hal tentang retorika: dari pentingnya moral, tujuannya yang mulia, hingga pondasi pendidikannya. Sekarang, mari kita bahas tentang cita-cita tertinggi dalam retorika, dan apa saja yang harus kita kuasai untuk mencapainya!

Tujuan Ideal Retorika: Membentuk Orator yang Sempurna

Setelah semua yang kita bahas, Quintilianus memiliki sebuah visi besar: membentuk orator yang sempurna. Mungkin terdengar seperti mimpi yang terlalu tinggi, seperti mengejar bintang di langit. Apakah mungkin ada manusia yang benar-benar sempurna?

Quintilianus sendiri mengakui bahwa orator yang sempurna mungkin belum pernah ada atau sangat jarang ditemui di dunia nyata. Namun, ini tidak lantas membuat cita-cita itu jadi tidak penting. Justru sebaliknya! Bagi Quintilianus, orator yang sempurna ini adalah cita-cita atau ideal yang harus selalu diupayakan. Ibarat kita ingin jadi atlet terbaik, kita akan terus berlatih meskipun tahu mencapai level Michael Jordan itu sulit.

Mengapa penting memiliki cita-cita setinggi ini? Karena dengan menetapkan standar yang tinggi, kita akan terus termotivasi untuk belajar, berlatih, dan memperbaiki diri. Quintilianus percaya bahwa usaha pasti membuahkan hasil. Meskipun kita mungkin tidak akan pernah mencapai kesempurnaan mutlak, setiap langkah menuju ideal tersebut akan menjadikan kita pembicara (dan pribadi) yang jauh lebih baik. Ini adalah perjalanan tanpa henti menuju perbaikan diri.


Rahasia Belajar Retorika: Bicara, Menulis, dan Membaca

Lalu, apa saja yang perlu kita pelajari untuk bisa mendekati ideal seorang orator? Quintilianus menyederhanakannya menjadi tiga hal fundamental yang harus dikuasai dan dilatih secara terus-menerus:

  1. Bicara: Ini adalah inti dari retorika. Kita harus melatih kemampuan lisan kita. Mulai dari bagaimana memilih kata, mengatur intonasi, menyampaikan argumen dengan runtut, hingga bagaimana berinteraksi dengan pendengar. Latihan berbicara di depan umum, berdiskusi, atau bahkan berbicara di depan cermin, semuanya masuk dalam kategori ini.

  2. Menulis: Mungkin terdengar aneh, kok belajar retorika harus menulis? Tapi, menulis adalah fondasi penting untuk berbicara dengan baik. Saat kita menulis, kita dipaksa untuk menyusun pikiran secara logis, memilih kata yang tepat, dan membangun argumen yang koheren. Kebiasaan menulis melatih otak kita untuk berpikir terstruktur, yang pada akhirnya akan tercermin dalam cara kita berbicara.

  3. Membaca: Ini juga krusial. Dengan membaca, kita memperkaya kosakata, memahami berbagai gaya bahasa, dan menyerap ide-ide dari para pemikir besar. Membaca membantu kita dalam proses imitasi (belajar dari yang terbaik), serta memberikan bahan bakar bagi pikiran kita untuk mengembangkan ide-ide baru.

Quintilianus bahkan menekankan bahwa pendidikan retorika ini sebaiknya diberikan sejak dini. Lingkungan pembicaraan yang positif dan kaya akan bahasa di sekitar anak sangat penting untuk membentuk dasar kemampuan bahasa mereka.

Jadi, untuk menjadi seorang orator yang mendekati ideal, kita tidak bisa hanya jago bicara. Kita harus juga rajin menulis dan membaca, karena ketiga kemampuan ini saling terkait dan mendukung satu sama lain dalam perjalanan menuju kesempurnaan retorika.

Mas Wicarita

Founder WIcarita, portal untuk Knowledge Management System

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *