Bayangkan sebuah kota. Bukan sembarang kota, melainkan kota yang sedang dibangun di atas sebuah bukit. Di kota ini, hiduplah dua karakter utama, yang mewakili dua konsep filosofis yang mendalam: Das Sein dan Das Sollen.
Kisah Das Sein: Arsitek Bangunan yang Ada
Das Sein, atau "Keberadaan" atau "Yang Ada", adalah seorang arsitek yang sangat realistis. Ia hanya peduli dengan apa yang sudah ada di hadapannya. Ketika ia melihat sebuah bangunan, ia tidak membayangkan bagaimana seharusnya bangunan itu, melainkan fokus pada fondasinya yang kokoh, dindingnya yang terbuat dari bata, dan atapnya yang melindungi dari hujan dan panas.
Bagi Das Sein, yang penting adalah fakta. Ia mencatat: "Bangunan ini memiliki empat dinding. Bangunan ini berdiri di atas tanah yang rata. Bangunan ini berwarna merah." Ia tidak berandai-andai, tidak bermimpi tentang bangunan yang lebih tinggi atau lebih indah. Ia hanya mengamati kenyataan objektif yang bisa dilihat, disentuh, dan diukur.
Dalam hidup kita, Das Sein adalah segala sesuatu yang ada. Ini adalah gravitasi yang membuat apel jatuh ke bawah, matahari yang terbit di timur, fakta bahwa Anda sedang membaca artikel ini, atau kondisi ekonomi suatu negara saat ini. Ini adalah deskripsi tentang dunia sebagaimana adanya, tanpa penilaian atau keinginan untuk mengubahnya.
Kisah Das Sollen: Insinyur Perencanaan yang Idealistis
Di sisi lain, ada Das Sollen, atau "Keharusan" atau "Yang Seharusnya". Das Sollen adalah seorang insinyur perencanaan yang visioner. Ketika ia melihat bangunan yang sama, ia tidak hanya melihat apa yang sudah ada, tetapi ia melihat potensi dan tujuan. Ia berpikir: "Bangunan ini seharusnya memiliki jendela yang lebih besar agar cahaya masuk lebih banyak. Bangunan ini seharusnya dibangun lebih tinggi untuk menampung lebih banyak orang. Bangunan ini seharusnya ramah lingkungan."
Bagi Das Sollen, yang penting adalah nilai dan norma. Ia memiliki cetak biru di tangannya, sebuah visi tentang bagaimana segala sesuatu seharusnya berfungsi atau bagaimana kita seharusnya bertindak. Ia tidak hanya mendeskripsikan, tetapi ia menentukan arah dan mengatur standar.
Dalam hidup kita, Das Sollen muncul dalam berbagai bentuk. Ini adalah hukum moral yang mengatakan kita seharusnya tidak mencuri, etika profesional yang mengatakan kita seharusnya jujur dalam bekerja, atau tujuan pribadi yang mengatakan kita seharusnya menjadi versi terbaik dari diri kita. Ini adalah preskripsi tentang bagaimana dunia seharusnya, didorong oleh nilai-nilai, tujuan, atau kewajiban.
Pertemuan di Persimpangan Jalan
Masalahnya, Das Sein dan Das Sollen tidak selalu sejalan. Seringkali, apa yang ada (Das Sein) tidak sama dengan apa yang seharusnya ada (Das Sollen). Inilah inti dari banyak dilema filosofis dan etis.
Contoh sederhananya:
- Das Sein: "Banyak orang membuang sampah sembarangan di kota ini." (Fakta yang ada)
- Das Sollen: "Penduduk kota seharusnya membuang sampah pada tempatnya." (Norma atau keharusan)
Kesenjangan antara "apa yang ada" dan "apa yang seharusnya" inilah yang mendorong perubahan, reformasi, dan bahkan revolusi. Filosofi, etika, hukum, dan bahkan ilmu pengetahuan, seringkali bergulat dengan bagaimana menjembatani jurang ini. Bagaimana kita bisa mengubah Das Sein agar lebih mendekati Das Sollen yang kita inginkan?
Mengapa Ini Penting?
Memahami Das Sein dan Das Sollen membantu kita menganalisis dunia dengan lebih jernih.
- Ketika kita hanya fokus pada Das Sein, kita berisiko menjadi terlalu fatalistis atau pasif, menerima begitu saja apa adanya tanpa berusaha untuk memperbaikinya.
- Ketika kita hanya fokus pada Das Sollen tanpa mempertimbangkan Das Sein, kita berisiko menjadi utopis atau tidak realistis, menetapkan tujuan yang tidak mungkin dicapai karena tidak memahami batasan kenyataan.
Keseimbangan adalah kuncinya. Seorang pemimpin yang bijaksana, misalnya, harus memahami Das Sein (kondisi rakyatnya, sumber daya yang ada) sebelum merumuskan Das Sollen (kebijakan yang seharusnya diterapkan untuk mencapai kesejahteraan).
Jadi, lain kali Anda mengamati sesuatu di dunia, cobalah tanyakan pada diri Anda: "Apakah ini Das Sein—hanya deskripsi tentang apa yang ada?" Atau "Apakah ini Das Sollen—sebuah ide tentang bagaimana seharusnya?" Dengan memahami kedua konsep ini, kita bisa lebih bijak dalam memahami dunia dan bertindak di dalamnya.