Press ESC to close

Dunning-Kruger Effect: Kematian Kepakaran

  • Agt 21, 2025
  • 2 minutes read

Pernahkah Anda berdebat dengan seseorang yang merasa lebih tahu dari seorang dokter, hanya karena membaca satu artikel di internet? Atau, pernahkah Anda melihat orang awam mengkritik sebuah hasil rancangan bangunan, seolah-olah pengetahuannya setara dengan insinyur yang sudah berpengalaman puluhan tahun? Jika pernah, Anda sedang menyaksikan sebuah fenomena yang disebut "Kematian Kepakaran".

Ini bukan tentang membenci ahli. Ini tentang bagaimana kita, sebagai masyarakat, mulai menolak nilai dari pengetahuan yang telah dibangun dengan susah payah selama bertahun-tahun. Di era di mana semua informasi terasa mudah diakses, kita sering kali jatuh dalam jebakan fatal. Kita membaca beberapa judul, melihat sekilas postingan di media sosial, dan tiba-tiba merasa memiliki wawasan yang setara, bahkan lebih baik, dari seorang ahli.

Salah satu alasan di balik fenomena ini adalah sebuah bias psikologis yang dikenal sebagai efek Dunning-Kruger. Bayangkan seseorang yang baru belajar bermain catur selama seminggu. Awalnya, dia mungkin merasa percaya diri bisa mengalahkan siapa saja. Namun, seiring waktu, saat pengetahuan bertambah, dia akan menyadari ada begitu banyak strategi, teori, dan variasi yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Kepercayaan diri yang mulanya melambung justru akan merosot karena kesadaran akan ketidaktahuan.

Masalahnya, dalam dunia yang semakin kompleks, kepercayaan diri yang berlebihan tanpa kompetensi yang memadai bisa sangat berbahaya. Di media sosial, setiap orang bisa menjadi "pakar" dadakan. Opini-opini yang tidak berdasar menyebar dengan cepat, mengalahkan suara-suara yang didukung oleh data dan penelitian. Ditambah lagi, ada kritik terhadap sistem pendidikan modern yang kadang membuat para mahasiswa merasa pendidikan adalah komoditas yang bisa dibeli, bukan ilmu yang harus didalami. Hasilnya, kita memiliki lulusan yang sangat percaya diri, tetapi dengan dasar pengetahuan yang rapuh.

Penolakan terhadap kepakaran ini bisa memiliki konsekuensi serius. Saat pandemi melanda, kita melihat bagaimana nasihat ahli kesehatan dipertanyakan, bahkan ditolak, oleh orang-orang yang tidak memiliki latar belakang medis. Dalam isu-isu seperti perubahan iklim, suara para ilmuwan seringkali tenggelam oleh opini yang tidak berdasar.

Namun, semua ini bukanlah akhir dari segalanya. Kita masih bisa mengubah arah. Ini bukan tentang setuju dengan setiap hal yang dikatakan ahli, melainkan tentang membangun kembali rasa hormat terhadap proses panjang yang melahirkan kepakaran. Ini tentang membedakan antara skeptisisme yang sehat—yang mendorong pertanyaan—dengan penolakan membabi buta terhadap ilmu. Dengan kembali menghargai pengetahuan yang mendalam, kita bisa membangun masyarakat yang lebih bijak, yang mampu menghadapi tantangan kompleks dengan solusi yang tepat.

Mas Wicarita

Founder WIcarita, portal untuk Knowledge Management System

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *