Seringkali kita merasa "betul" tapi kok sulit sekali meyakinkan orang lain? Atau bahkan, kita merasa benar tapi malah kalah dalam perdebatan karena argumen lawan lebih rapi? Jangan khawatir, ini bukan cuma kamu yang mengalaminya. Ini adalah alasan kenapa retorika itu penting banget dalam hidup kita, bahkan di era modern ini.
Retorika bukan cuma soal bicara indah atau "ngeles". Lebih dari itu, retorika adalah alat yang bisa memberikan kita tiga manfaat luar biasa:
1. Memastikan Kebenaran dan Keadilan Menang (Meski dengan "Bantuan" Kata-kata)
Kita semua percaya, kebenaran dan keadilan itu pada dasarnya akan selalu menemukan jalannya. Ibaratnya, kalau ada emas di dasar sungai, cepat atau lambat dia akan terlihat. Tapi, pernah nggak kamu melihat orang yang jujur dan benar, justru kalah karena tidak bisa menyampaikan kebenarannya dengan baik?
Contoh paling gampang: di pengadilan. Seseorang mungkin memang tidak bersalah, tapi kalau pengacaranya tidak piawai dalam menyusun argumen, tidak bisa menyajikan bukti dengan meyakinkan, atau bahkan grogi saat bicara, bisa-bisa orang yang tidak bersalah itu dihukum.
Di sinilah manfaat retorika muncul: retorika yang baik diperlukan agar pihak yang benar tidak kalah hanya karena penyampaian yang buruk. Retorika membantu kita "memoles" kebenaran itu, menyajikannya dengan cara yang paling jelas, logis, dan persuasif, sehingga orang lain bisa melihat dan menerimanya. Jadi, kebenaran itu tidak cuma 'ada', tapi juga 'terlihat' dan 'terasa'.
2. Pengetahuan Saja Tidak Cukup (Kita Perlu Tahu Cara "Menjual" Gagasan)
Kamu mungkin punya ilmu yang sangat luas, data yang lengkap, atau ide yang brilian. Tapi, kalau kamu hanya menyimpan semua itu di kepala atau menuliskannya dengan bahasa yang kaku dan sulit dipahami, apakah orang lain akan terinspirasi? Belum tentu.
Bayangkan seorang ilmuwan yang menemukan obat baru untuk penyakit langka. Pengetahuannya sangat dalam, datanya akurat. Tapi, kalau dia tidak bisa menjelaskan penemuannya itu kepada dokter, pasien, atau bahkan investor dengan bahasa yang mudah dicerna, obat itu mungkin tidak akan pernah sampai ke orang yang membutuhkan.
Maka dari itu, pengetahuan saja tidak cukup untuk meyakinkan audiens. Kita perlu retorika untuk menggunakan gagasan umum dan menyesuaikan dengan audiens. Artinya, kita harus bisa "menerjemahkan" pengetahuan atau ide kita ke dalam bahasa yang dipahami dan relevan bagi orang yang mendengarkan. Kita perlu tahu bagaimana menghubungkan ide rumit dengan pengalaman sehari-hari mereka, bagaimana membangkitkan minat, dan bagaimana membuat mereka merasa bahwa ide kita penting untuk mereka.
3. Melawan Argumen Salah (Jadi "Benteng" Penjaga Kebenaran)
Di dunia yang penuh informasi ini, kadang kita sering dihadapkan pada argumen yang salah, hoax, atau bahkan propaganda yang menyesatkan. Orang-orang yang menyebarkannya seringkali sangat piawai dalam berbicara, menggunakan trik-trik kata-kata untuk membujuk orang lain.
Nah, retorika juga membekali kita dengan kemampuan untuk memperjuangkan dua sisi (benar dan salah) agar bisa mengonter argumen yang salah dalam perdebatan. Ini bukan berarti kita harus jadi tukang debat kusir, ya. Tapi, ini tentang kemampuan kita untuk:
- Mengidentifikasi di mana letak kesalahan atau kelemahan argumen lawan.
- Membangun argumen yang kuat untuk menyanggah kesalahan itu.
- Menyampaikan sanggahan kita dengan cara yang meyakinkan dan tidak emosional.
Dengan retorika, kita bisa menjadi "benteng" yang melindungi diri sendiri dan orang lain dari informasi atau ide yang menyesatkan. Kita bisa menjelaskan mengapa suatu argumen itu tidak valid, dan mengarahkan kembali diskusi ke arah kebenaran. Ini adalah skill yang sangat berharga untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan kritis.
Jadi, retorika itu bukan cuma soal "gaya", tapi soal "daya". Daya untuk memastikan kebenaran, daya untuk menyampaikan ide dengan efektif, dan daya untuk melindungi diri dari kebohongan. Bukankah itu alasan yang sangat kuat untuk mulai belajar retorika?