Press ESC to close

Kenapa Kita Butuh Retorika?

  • Mei 21, 2025
  • 3 minutes read

Pernah nggak sih, kamu punya ide bagus banget, tapi pas disampaikan, kok orang lain malah nggak ngerti atau bahkan menolak? Atau sebaliknya, ada orang yang omongannya biasa aja, tapi kok bisa bikin banyak orang percaya? Ini bukan sihir, lho. Ini ada kaitannya dengan pentingnya retorika.

Retorika itu, seperti yang sudah kita bahas sebelumnya, adalah seni membujuk. Tapi kenapa sih, kok kita perlu belajar membujuk dengan baik? Apa gunanya dalam kehidupan sehari-hari? Yuk, kita bedah satu per satu:


1. Agar Kebenaran Bisa Diterima (Efektif Sampai ke Hati!)

Coba bayangkan ini: kamu tahu persis kalau makan sayur itu sehat dan penting buat tubuh. Ini adalah kebenaran. Tapi, kalau kamu ngomong ke adikmu dengan nada marah-marah sambil bilang, "Makan sayur itu wajib, kalau nggak, nanti sakit!", kira-kira adikmu mau nggak? Mungkin malah nangis atau kabur.

Nah, di sinilah retorika berperan. Retorika membantu kita menyampaikan kebenaran dengan cara yang efektif, agar dapat diterima oleh orang lain. Artinya, bukan cuma apa yang kita sampaikan, tapi bagaimana cara kita menyampaikannya. Dengan retorika yang baik, kita bisa menjelaskan pentingnya sayur dengan cerita seru tentang superhero yang kuat karena makan brokoli, atau dengan menjanjikan hadiah kecil setelah dia menghabiskan sayurnya. Pesan yang sama, tapi cara penyampaian yang berbeda bisa membuat hasilnya jauh berbeda.


2. Menghindari Penolakan (Padahal Maksud Kita Baik!)

Masih pakai contoh sayur tadi. Kalau adikmu menolak makan sayur karena caramu yang kasar, itu namanya penolakan karena cara penyampaian yang keliru. Padahal, niatmu baik, kan? Kamu ingin adikmu sehat.

Berapa banyak ide bagus, niat tulus, atau fakta penting yang akhirnya ditolak hanya karena cara penyampaiannya yang kurang tepat? Mungkin kita terlalu kaku, terlalu berbelit-belit, atau bahkan terkesan menggurui. Retorika membantu kita menghindari jebakan ini. Dengan memahami cara audiens berpikir dan merasakan, kita bisa memilih kata-kata, intonasi, dan bahkan ekspresi wajah yang tepat agar pesan baik kita tidak ditolak mentah-mentah.


3. Melawan Omongan Kosong yang Menyesatkan (Para "Sofis" Masa Kini!)

Di zaman Aristoteles dulu, ada kelompok yang disebut Sofis. Mereka ini jago banget ngomong, bisa bikin argumen yang meyakinkan, tapi seringkali mereka nggak peduli apakah yang mereka katakan itu benar atau salah. Yang penting mereka menang debat atau membuat orang setuju dengan mereka, apapun caranya.

Mirip dengan masa kini, kan? Di era informasi ini, kita sering banget ketemu orang-orang yang jago bicara, jago bikin konten, tapi isinya cuma hoax, provokasi, atau janji-janji palsu yang tujuannya cuma untuk keuntungan diri sendiri. Mereka menggunakan retorika untuk hal yang tidak benar.

Di sinilah kita membutuhkan retorika yang baik. Dengan menguasai retorika, kita bukan cuma bisa menyampaikan kebenaran dengan efektif, tapi juga bisa mengidentifikasi dan melawan argumen-argumen kosong atau menyesatkan dari orang-orang yang niatnya tidak baik. Kita jadi lebih kritis dan tidak mudah dibodohi oleh omongan manis yang ternyata hanya ilusi. Kita bisa menjelaskan kenapa suatu informasi itu salah, atau kenapa suatu ajakan itu berbahaya, dengan cara yang masuk akal dan mudah dipahami orang lain.


Jadi, belajar retorika itu bukan cuma soal jadi jago ngomong. Ini tentang menjadi komunikator yang lebih baik, yang bisa menyampaikan kebaikan, meluruskan kekeliruan, dan melindungi diri serta orang lain dari tipuan kata-kata. Bukankah itu keren?

Mas Wicarita

Founder WIcarita, portal untuk Knowledge Management System

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *