Press ESC to close

Kompetensi Lebih dari Sekadar Bisa

  • Apr 18, 2025
  • 2 minutes read

Di sebuah desa kecil, hiduplah seorang pandai besi bernama Arga. Setiap hari, dia menghabiskan waktu di bengkelnya, menempa logam menjadi pisau tajam atau perkakas rumah tangga. Suatu hari, seorang pengembara datang dan memintanya membuat pedang langka yang rumit. Arga gagal. Logamnya retak, bentuknya tidak sempurna, dan dia hampir menyerah. Tapi di situlah Arga sadar: kompetensinya masih terbatas. Ia pun memutuskan belajar pada ahli pedang di kota, mengasah teknik, mencoba metode baru, dan terus berlatih. Dua tahun kemudian, Arga berhasil membuat pedang itu—dan sejak itu, permintaan mengalir deras.

Apa Itu Kompetensi? Lebih dari Sekadar "Bisa"
Kompetensi sering dianggap sebagai "kemampuan menguasai sesuatu". Tapi definisi itu terlalu sempit. Menurut psikolog David McClelland, kompetensi adalah perpaduan antara skill (keterampilan), knowledge (pengetahuan), dan attitude (sikap) yang membuat seseorang bisa menyelesaikan masalah secara efektif. Arga awalnya hanya punya skill dasar menempa logam. Tapi untuk membuat pedang langka, dia butuh knowledge tentang struktur logam langka dan attitude pantang menyerah. Inilah esensi kompetensi: bukan sekadar tahu atau bisa, tapi mampu bertindak tepat di situasi kompleks.

5-1.png

Kompetensi bukan sekadar skill yang kita kuasai hari ini, melainkan proses menjadi lebih baik setiap hari. Seperti Arga, kita semua punya "bengkel" di mana kita terus belajar, mencoba, dan kadang gagal. Tapi justru di situlah maknanya: kompetensi adalah perjalanan, bukan garis finis. Di dunia yang berubah cepat, orang-orang yang bertahan bukan yang paling pintar, tapi yang paling mau beradaptasi. Mereka tak takut bertanya, mencari mentor, atau keluar dari zona nyaman.

Lalu, Bagaimana Memulai Perjalanan Ini?
Pertama, akui ada ruang untuk tumbuh. Seorang programmer handal sekalipun harus belajar AI jika ingin relevan. Kedua, praktik konsisten. Seperti pisau Arga yang semakin tajam setelah ratusan kali ditempa, kompetensi butuh repetisi. Ketiga, ukur progres. Setiap bulan, tanya diri: "Apa yang kini bisa kulakukan yang dulu tidak?" Jawabannya adalah bukti kita sedang bergerak.

6-1.png

Kompetensi adalah investasi yang tak pernah rugi. Ia seperti sungai: jika terus mengalir, akan menghidupi sawah-sawah peluang. Tapi jika diam, akan keruh dan terlupakan. Mulailah dari hal kecil. Hari ini, belajar satu keterampilan baru. Besok, tambah lagi. Lama-lama, kita takkan sadar sudah sejauh apa melangkah.

Mas Wicarita

Founder WIcarita, portal untuk Knowledge Management System

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *