Halo, teman-teman! Setelah kita bahas sekilas tentang apa itu retorika dan siapa Quintilianus, yuk kita selami lebih dalam kenapa seni berbicara ini begitu istimewa. Seringkali, saat mendengar kata retorika, yang terlintas di benak kita adalah "public speaking"—berbicara di depan banyak orang, berpidato, presentasi. Dan memang, itu bagian dari retorika. Tapi, tahukah kalian kalau retorika itu jauh, jauh lebih luas dari sekadar berdiri di mimbar?
Menurut para pemikir klasik seperti Quintilianus, retorika itu ibarat payung besar yang mencakup banyak hal. Ia tidak hanya tentang bagaimana kita menyusun kalimat yang indah atau punya intonasi yang pas. Retorika juga melibatkan logika, bagaimana kita berpikir dan menyusun argumen yang masuk akal. Lalu ada filsafat bahasa, yaitu bagaimana kata-kata itu bekerja dan mempengaruhi pemahaman. Bahkan, retorika juga bicara soal moral dan teori kemasyarakatan serta pendidikan. Jadi, bayangkan, ini bukan cuma soal teknis berbicara, tapi juga soal pemahaman mendalam tentang manusia dan masyarakat. Keren, kan?
Fokus pada Moral: Pilar Utama Retorika Baik
Nah, inilah salah satu poin terpenting yang ditekankan oleh Quintilianus: moral. Bagi Quintilianus, sebelum seseorang bisa disebut sebagai orator atau pembicara yang baik, ia harus menjadi orang yang baik terlebih dahulu. Ini bukan sekadar omong kosong. Ia percaya bahwa kemampuan berbicara yang hebat di tangan orang yang tidak berintegritas bisa sangat berbahaya.
Pikirkan saja, seseorang dengan kemampuan bicara yang memukau bisa saja mempermainkan kebenaran, memanipulasi orang lain, atau bahkan menyebarkan kebohongan dengan sangat meyakinkan. Quintilianus sangat menentang hal ini. Baginya, gaya retorika yang korup adalah yang mempermainkan kebenaran. Oleh karena itu, ia menekankan bahwa pembangunan karakter dan moral harus didahulukan sebelum seseorang diajari teknik-teknik berbicara yang canggih.
Definisi Sempurna: "Orang Baik yang Bicara dengan Baik"
Dari pemikirannya tentang pentingnya moral ini, Quintilianus merumuskan sebuah definisi retorika yang sangat terkenal dan kuat: "Seorang orator adalah orang baik yang bicara dengan baik."
Kalimat ini sederhana, tapi sarat makna. "Orang baik" di sini berarti seseorang yang berintegritas, jujur, adil, dan berorientasi pada kebaikan serta kesejahteraan masyarakat. "Bicara dengan baik" tentu saja berarti memiliki keterampilan retorika yang mumpuni, mampu menyampaikan pikiran dan argumen dengan jelas, persuasif, dan efektif.
Jadi, bagi Quintilianus, orator yang sempurna itu bukan cuma jago ngomong atau pintar berargumen. Yang utama, ia haruslah orang yang punya niat baik, prinsip hidup yang mulia, dan menggunakan kemampuannya berbicara untuk tujuan-tujuan yang positif. Retorika sejati, dalam pandangan Quintilianus, adalah seni yang bertujuan untuk kebaikan, bukan untuk keuntungan pribadi atau manipulasi.