Lebih dari Sekadar Tahu: Kenapa Kita Perlu Memahami?
Pernahkah Anda merasa "tahu" banyak hal, tapi kok rasanya kurang sreg? Atau mungkin, saat berhadapan dengan suatu informasi, Anda hanya sekadar membaca tanpa benar-benar meresapi? Nah, di sinilah letak perbedaan antara mengetahui dan memahami, sebuah konsep menarik yang dibahas dalam filsafat, khususnya hermeneutika.
Bayangkan begini: Anda baru pertama kali tiba di sebuah kota baru. Apa yang Anda lakukan pertama kali? Mungkin mencari tahu nama-nama jalan, letak tempat wisata populer, atau jadwal transportasi umum. Ini adalah proses mengetahui. Anda mengumpulkan informasi permukaan, data-data yang bisa langsung diserap oleh otak kita. Mirip seperti membaca peta atau daftar menu tanpa mencicipi makanannya. Informasi ini penting, tentu saja, tapi belum sepenuhnya "milik" kita.
Mengetahui itu seperti mendapatkan informasi tanpa melibatkan diri secara mendalam. Ini adalah pengumpulan data yang superfisial.
Namun, seiring waktu, saat Anda mulai berjalan-jalan di kota itu, mencoba kuliner lokal, berinteraksi dengan penduduknya, atau bahkan tersesat dan menemukan tempat tersembunyi, perlahan-lahan Anda mulai memahami kota tersebut. Rasa lelah setelah seharian berjalan, aroma kopi dari kedai pinggir jalan, senyum ramah penjual — semua itu mulai menyatu dengan informasi awal yang Anda kumpulkan. Ini bukan lagi sekadar data, tapi pengalaman yang melibatkan emosi dan empati. Informasi tersebut kini diproses lebih dalam dan menjadi bagian dari diri Anda.
Memahami itu melibatkan proses internalisasi informasi, menjadikannya milik kita sendiri, dan menggabungkannya dengan emosi serta empati. Jadi, bukan hanya kepala yang bekerja, tapi juga hati dan perasaan kita.
Proses dari sekadar tahu menjadi memahami ini disebut hermeneutika. Awalnya, hermeneutika banyak digunakan untuk menafsirkan teks-teks kuno atau suci. Tapi kini, konsep ini berlaku di berbagai bidang, termasuk dalam kehidupan sehari-hari kita.
Jadi, ketika kita membaca berita, mendengarkan cerita teman, atau bahkan mencoba memahami diri sendiri, mari kita coba melangkah lebih jauh dari sekadar mengetahui. Mari kita berusaha untuk benar-benar memahami, meresapi, dan membiarkan informasi itu menjadi bagian dari pengalaman hidup kita. Karena saat kita memahami, dunia terasa lebih kaya dan bermakna.
Bagaimana menurut Anda? Apakah Anda setuju bahwa memahami itu lebih dari sekadar tahu? Bagikan pengalaman Anda di kolom komentar!