Pernah nggak sih, kamu ngobrol seru sama teman atau guru, dan tiba-tiba kamu merasa "Aha! Aku ngerti sekarang!" tentang suatu hal yang sebelumnya bingung? Atau sebaliknya, kamu berhasil menjelaskan sesuatu yang rumit sampai orang lain akhirnya paham betul?
Di balik momen-momen "pencerahan" komunikasi ini, ada dua konsep kuno dari zaman Yunani yang bekerja sama: Dialektika dan Retorika. Keduanya sering dianggap terpisah, padahal mereka itu seperti "pasangan" yang saling melengkapi dalam mencari dan menyampaikan kebenaran.
Dialektika: Si "Pencari" Kebenaran (Ala Detektif!)
Coba bayangkan kamu adalah seorang detektif. Tugasmu adalah menemukan kebenaran di balik sebuah kasus. Kamu akan bertanya sana-sini, mengumpulkan petunjuk, menganalisis bukti, membandingkan berbagai versi cerita, sampai akhirnya kamu bisa menyusun kesimpulan yang paling mendekati kebenaran. Proses tanya jawab, analisis, dan perbandingan inilah yang mirip dengan dialektika.
Tokoh paling terkenal yang menggunakan metode ini adalah Sokrates. Dia seringkali bertanya bertubi-tubi kepada lawan bicaranya, bukan untuk mempermalukan, tapi untuk membantu mereka sendiri menemukan kebenaran atau kontradiksi dalam pemikiran mereka.
Jadi, bisa dibilang, dialektika adalah upaya untuk menemukan kebenaran. Ini adalah proses berpikir, berdiskusi, dan berargumentasi secara logis untuk mencapai pemahaman yang paling akurat atau pasti tentang sesuatu.
Retorika: Si "Penyampai" Kebenaran (Bikin Orang Paham!)
Setelah si detektif (dialektika) berhasil menemukan kebenaran, sekarang giliran si "penyiar berita" untuk menyampaikan temuan itu kepada publik. Nah, peran "penyiar berita" inilah yang diemban oleh retorika.
Setelah kamu (si detektif) yakin banget bahwa bumi itu bulat, tugasmu selanjutnya adalah bagaimana caranya menyampaikan atau menunjukkan kebenaran itu kepada orang lain agar mereka juga paham dan percaya. Kamu nggak bisa cuma bilang, "Bumi itu bulat, titik!" Kamu perlu menjelaskan dengan metafora, analogi, bukti visual, atau bahkan mengajak mereka membayangkan bagaimana rasanya melihat bumi dari luar angkasa.
Jadi, jika dialektika adalah proses menemukan kebenaran, maka retorika adalah proses menyampaikan kebenaran yang sudah ditemukan itu. Retorika fokus pada bagaimana kita mengemas pesan agar menarik, mudah dicerna, dan meyakinkan audiens.
Perbedaan Tapi Saling Melengkapi: Kepastian vs. Penerimaan
Ini bagian yang menarik:
- Dialektika berhubungan dengan kepastian. Fokusnya adalah pada kebenaran itu sendiri, seakurat mungkin, seilmiah mungkin. Dialektika bertanya: "Apakah ini benar-benar benar?"
- Retorika berhubungan dengan kemungkinan penerimaan kebenaran. Fokusnya adalah pada audiens. Retorika bertanya: "Bagaimana cara terbaik agar audiensku memahami dan menerima kebenaran ini?"
Bayangkan seorang peneliti (dialektika) yang berhasil membuktikan secara ilmiah bahwa sayur itu sangat baik untuk kesehatan. Ini adalah kepastian. Namun, tugas berikutnya adalah bagaimana meyakinkan anak-anak (audiens) agar mau makan sayur. Di sinilah dibutuhkan retorika untuk mengemas pesan itu menjadi cerita yang menarik, atau pujian setiap kali mereka makan sayur, sehingga ada kemungkinan penerimaan pesan tersebut.
Jadi, tidak ada gunanya menemukan kebenaran yang mutlak (dialektika) kalau kamu tidak bisa menyampaikannya sehingga orang lain mengerti dan menerima (retorika). Keduanya berjalan beriringan.
Singkatnya, dialektika itu mencari jawaban terbaik, sementara retorika itu menyajikan jawaban terbaik itu dengan cara terbaik. Saat keduanya bekerja sama, komunikasi kita akan jadi sangat powerful: kita tidak hanya tahu apa yang benar, tapi juga bisa membuat orang lain yakin dan percaya pada kebenaran itu.