Press ESC to close

Retorika: Seni Membujuk yang Sederhana

  • Mei 21, 2025
  • 2 minutes read

Pernahkah kamu merasa, "Kok omongan dia bisa bikin saya setuju, ya?" Atau, "Wah, dia kok jago banget meyakinkan orang?" Nah, kalau pernah, kemungkinan besar kamu sedang berhadapan dengan retorika.

Jangan langsung membayangkan pidato berat di depan umum atau debat kusir yang tegang. Retorika itu sebenarnya jauh lebih sederhana dan sering kita gunakan setiap hari, bahkan tanpa sadar!

Apa Sih Retorika Itu?

Bayangkan seperti ini: kamu ingin membujuk temanmu untuk ikut makan bakso favoritmu, padahal dia pengen makan sate. Nah, segala cara yang kamu lakukan untuk meyakinkan dia — mulai dari bilang bakso itu enak banget, kuahnya gurih, sampai janji traktir minum — itu semua adalah bagian dari retorika.

Secara garis besar, retorika itu adalah seni membujuk atau mempengaruhi orang lain. Tujuannya agar mereka menerima ide kita, melakukan apa yang kita minta, atau setuju dengan pendapat kita.

Bahkan, seorang filsuf Yunani kuno bernama Aristoteles punya definisi yang keren banget. Menurutnya, retorika itu adalah kemampuan untuk menemukan alat-alat persuasi yang tersedia dalam setiap keadaan. Kedengarannya rumit, ya? Padahal maksudnya simpel: di setiap situasi, kita bisa mencari cara terbaik untuk meyakinkan lawan bicara kita. Misalnya, cara membujuk ibu biar diizinin begadang tentu beda dengan cara membujuk adik biar mau pinjam mainan.

Retorika Itu Netral, Kayak Pisau Dapur!

Ini bagian penting yang sering disalahpahami. Retorika itu sifatnya netral, lho. Maksudnya, dia itu kayak pisau dapur. Pisau bisa dipakai untuk memotong sayuran dan buah-buahan (kebaikan), tapi juga bisa dipakai untuk hal yang tidak baik.

Sama seperti retorika. Kita bisa pakai retorika untuk hal yang baik, misalnya:

  • Mengajak teman untuk rajin belajar demi masa depan.
  • Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.
  • Membujuk seseorang untuk berhenti melakukan kebiasaan buruk.

Tapi, retorika juga bisa disalahgunakan, misalnya:

  • Membohongi orang lain agar mau membeli barang yang tidak berguna.
  • Menyebarkan informasi palsu untuk kepentingan pribadi.
  • Memprovokasi keributan dengan kata-kata manis.

Jadi, kuncinya ada pada siapa yang menggunakan dan untuk tujuan apa. Bukan retorikanya yang jahat atau baik, tapi bagaimana kita memilih untuk memanfaatkannya.

Intinya, retorika adalah keahlian dasar yang kita miliki untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Dengan memahami retorika, kita bisa menjadi pembicara yang lebih efektif dan pendengar yang lebih kritis.

Mas Wicarita

Founder WIcarita, portal untuk Knowledge Management System

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *