Press ESC to close

Critical Thinking - Skill Paling Mahal di Era AI

  • Jun 03, 2025
  • 4 minutes read

Pernahkah kamu merasa semua orang di sekitarmu sudah jago coding, mengulik AI, atau bahkan membuat aplikasi, sementara kamu sendiri masih bingung harus mulai dari mana? Rasanya seperti dunia bergerak terlalu cepat, dan kita tertinggal jauh di belakang.

Tapi, ada kabar baik! Di era AI yang serba canggih ini, skill paling mahal itu justru bukan coding. Kamu tidak salah dengar. Coding memang penting, tapi AI kini bisa menghasilkan kode dalam hitungan detik. Butuh website? AI bisa menyelesaikannya dalam waktu singkat. Butuh prototipe aplikasi? ChatGPT siap membantu. Teknologi berkembang begitu pesat, dan ironisnya, yang membuat manusia unggul bukanlah teknologi itu sendiri.

Lalu, apa dong skill paling mahal itu? Jawabannya adalah kemampuan untuk berpikir, atau lebih spesifiknya, critical thinking. AI bisa memberikan semua jawaban yang kamu butuhkan, tapi hanya kamu yang bisa memilih pertanyaan yang tepat.

Bayangkan ini: setiap hari, kita diserang informasi dari berbagai arah. Scroll TikTok sebentar saja, kamu bisa melihat sepuluh opini berbeda. Buka YouTube, ada ribuan orang yang mencoba mengajarimu cara menjadi sukses. Tapi, berapa banyak dari informasi itu yang benar-benar penting? Berapa banyak yang hanya sekadar clickbait atau memancing emosi?

Critical thinking bukanlah tentang menjadi pintar atau memberikan jawaban cepat. Sebaliknya, ini tentang kemampuan untuk bertanya, "Tunggu sebentar, apakah ini benar-benar masuk akal?" Ini adalah skill yang sangat jarang dimiliki orang. Kita cenderung reaktif dan emosional, mudah percaya pada headline atau langsung menyebarkan video viral tanpa mengecek kebenarannya.

Mengapa critical thinking sangat berharga? AI itu cepat, tapi dia tidak memiliki intuisi. Dia tidak mengerti konteks sosial, emosi manusia, dan yang paling penting, dia tidak bisa membedakan mana keputusan yang bijak dan mana yang hanya terlihat keren.

Misalnya, kamu menggunakan AI untuk membuat strategi bisnis. AI akan memberimu ide-ide brilian. Tapi, jika kamu tidak benar-benar memahami pasar, audiens, atau dampak jangka panjang dari ide-ide tersebut, hasilnya bisa berantakan. Di sinilah peran critical thinking:

  • Kamu harus menyaring informasi.
  • Kamu harus melihat dari berbagai sudut pandang.
  • Kamu harus bertanya, "Jika saya mengambil langkah ini, apa efeknya bulan depan? Apakah ini benar-benar solusi, atau hanya terlihat instan?"

Critical thinking itu mahal karena tidak bisa di-outsource atau diduplikasi. AI tidak bisa diajarkan skill ini lewat kursus dua jam. Ini bukan skill yang terlihat keren di CV, tapi inilah fondasi dari semua skill lainnya. Mau belajar public speaking? Butuh critical thinking. Mau jadi content creator? Sama. Mau membangun bisnis? Apalagi! Semua keputusan penting dan langkah besar selalu berawal dari satu hal: cara kamu berpikir.

Sekolah seringkali mengajari kita menghafal, bukan berpikir. Kita disuruh menjawab soal, mendapatkan nilai, dan jika salah, dianggap gagal. Padahal, dalam dunia nyata, berpikir itu penuh dengan kesalahan, dan dari situlah kita belajar. Karena takut salah, kita seringkali memilih untuk ikut arus, tidak berani bertanya: "Emang benar ya semua orang harus kuliah? Benar enggak sih kerja 9-5 itu satu-satunya jalan?"

Menjadi orang yang kritis akan membuatmu berbeda. Di dunia yang semuanya seragam, yang berbeda justru paling menonjol.


Bagaimana Cara Mulai Melatih Critical Thinking?

Ini mudah, tapi tidak instan. Coba mulai dari tiga kebiasaan kecil ini:

  1. Tahan 5 detik sebelum bereaksi. Saat melihat berita, konten viral, atau mendengar gosip, jangan langsung percaya. Beri jeda sejenak dan tanyakan pada diri sendiri, "Apakah ini benar?"
  2. Mainkan Devils Advocate. Latih dirimu untuk mendebat lawan pendapatmu sendiri. Misalnya, kamu sangat percaya bahwa kerja remote itu paling ideal. Coba tanyakan pada dirimu, "Apa sisi buruk dari kerja remote?"
  3. Belajar dari banyak sumber. Jangan hanya mendengarkan satu influencer. Cari perspektif lain, bandingkan, baru kemudian ambil keputusan. Ini bukan berarti semuanya harus rumit, tapi pikiran yang dilatih untuk berpikir akan menjadi lebih tajam.

Semakin tajam kamu berpikir, semakin sedikit kamu akan tertipu oleh dunia. Kamu tidak perlu jago coding atau mengerti semua tren teknologi. Tapi, jika kamu bisa berpikir lebih jernih dari 90% orang di ruangan, kamu sudah unggul.

Di masa depan, tools akan berubah, software akan usang, tapi cara kamu berpikir itulah yang akan menentukan segalanya. Critical thinking itu bukan bakat, tapi pilihan. Pilihan untuk tidak ikut arus, pilihan untuk bertanya "kenapa" saat semua orang berteriak "iya".

Jadi, jika hari ini kamu merasa ketinggalan karena tidak mengerti AI, coding, atau teknologi terbaru, ingat satu hal ini: yang membuatmu unggul bukanlah seberapa cepat kamu bekerja, tapi seberapa dalam kamu berpikir. Skill paling mahal di era AI bukan coding, tapi cara berpikirmu. Dan kabar baiknya, skill ini bisa kamu latih mulai hari ini, mulai sekarang.

Karena dunia tidak butuh lebih banyak robot. Dunia butuh lebih banyak manusia yang bisa berpikir jernih.

Mas Wicarita

Founder WIcarita, portal untuk Knowledge Management System

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *