Press ESC to close

Tiga Komponen Cinta Menurut Sternberg: Kisah Kita yang Sempurna

  • Mei 18, 2025
  • 4 minutes read

Pernahkah kamu bertanya-tanya, "Apa sih yang bikin hubungan kita bertahan?" Atau mungkin, "Kenapa hubungan awal terasa begitu menggairahkan, tapi lama-lama berubah?"

Jawabannya mungkin ada dalam Teori Segitiga Cinta karya Robert Sternberg. Menurutnya, cinta itu seperti bangunan yang terdiri dari tiga pondasi: keintiman, gairah, dan komitmen. Yuk, kita telusuri lewat cerita!


1. Keintiman: Saat Kamu Jadi Tempat Pulangku

Aku masih ingat malam itu. Kita duduk di balkon, menyeruput teh hangat, bercerita tentang mimpi-mimpi yang belum kesampaian. Tanpa sadar, aku merasa "Ini dia orang yang paling mengertiku."

Itulah keintiman—rasa dekat, nyaman, dan saling memahami. Sternberg bilang, keintiman itu seperti benang halus yang mengikat dua hati. Ia tumbuh perlahan, tapi justru jadi penyangga utama hubungan jangka panjang.

"Kok bisa sih hubungan kita tetap hangat setelah sekian tahun?"
"Karena kita bukan hanya pasangan, tapi juga sahabat."

Keintiman tidak meledak-ledak, tapi ia stabil. Kadang kita sadar, kadang tidak. Tapi ia selalu ada, seperti oksigen yang membuat cinta tetap bernapas.


2. Gairah: Api yang Awalnya Membara

Flashback ke masa awal kita bertemu. Degup jantung berdesir kencang setiap bertemu. SMS-mu yang sederhana bisa bikin aku tersenyum seharian. Fisik, ketertarikan, dan chemistry—inilah gairah.

Sternberg menyebut gairah sebagai "bahan bakar" di awal hubungan. Ia intens, memabukkan, tapi… tidak selalu bertahan. Seiring waktu, gairah bisa meredup karena tubuh kita tak bisa terus-menerus dalam kondisi "high".

"Kok sekarang rasanya beda ya? Dulu semangat banget video call sampai pagi…"
"Iya, karena sekarang kita lebih sering nikmatin kebersamaan yang tenang."

Gairah itu seperti kembang api—indah di awal, tapi hubungan yang langgeng butuh lebih dari sekadar percikan sesaat.


3. Komitmen: Memilih untuk Tetap Bertahan

Pernah nggak sih, di tengah pertengkaran hebat, tiba-tiba kita memilih untuk stay dan memperbaiki semuanya? Itulah komitmen.

Menurut Sternberg, komitmen terdiri dari dua hal:

  • Keputusan (short-term): "Aku mencintaimu."

  • Komitmen (long-term): "Aku akan berjuang untuk kita."

Komitmen itu seperti akar pohon. Tidak terlihat, tapi yang membuat hubungan tetap teguh saat badai datang. Ia bisa dikontrol—kita memilih untuk setia, memilih untuk mempercayai.

"Kenapa kita masih bersama?"
"Karena aku memilihmu, lagi dan lagi."


Cinta yang Sempurna: Ketika Ketiganya Menyatu

Sternberg bilang, cinta yang ideal (consummate love) adalah ketika keintiman, gairah, dan komitmen bersatu. Tapi jujur, hubungan nyata tidak selalu sempurna. Kadang gairah turun, kadang komitmen diuji.

Yang penting? Kita mau belajar dan beradaptasi.

  • Gairah bisa dibangun kembali dengan quality time dan usaha.

  • Keintiman diperdalam dengan komunikasi jujur.

  • Komitmen diperkuat dengan konsistensi.

Jadi, hubungan kita mungkin tidak sempurna… tapi selama ketiga komponen ini tetap hidup, kita akan baik-baik saja. ❤️


 

Dari ketiga komponen cinta diatas, dapat membentuk delapan kombinasi jenis cinta, yaitu: 

  1. Non-love, yaitu tidak adanya satupun komponen cinta yang timbul. Rasa ini biasanya terdapat pada hubungan dengan orang dalam lingkungan sehari-hari karena interaksinya hanyalah sepintas saja. 

  2. Liking (Rasa Suka), yaitu hanya memiliki komponen keintiman yang timbul, tanpa adanya gairah dan komitmen. Dalam situasi ini, seseorang berpotensi memiliki rasa suka (liking), bukan cinta. Rasa suka dapat dideskripsikan sebagai perasaan biasa dalam anggapan pada orang lain hanya sebagai teman. Pada jenis cinta ini seseorang merasakan kedekatan, keterikatan, dan kehangatan terhadap orang lain.    

  3. Infatuation Love (Cinta Gila), yaitu jenis cinta dari adanya gairah semata tanpa adanya keintiman dan komitmen. Gairah biasanya dapat dilihat secara kasat mata yang kemunculannya cenderung cepat dan spontan, namun juga cepat menghilang, misalnya cinta pada pandangan pertama. 

  4. Empty Love (Cinta Hampa), yaitu jenis cinta yang di dalamnya terdapat unsur komitmen tetapi kurang intim dan kurang gairah. Jenis cinta ini kerap ditemui pada hubungan yang monoton dan berlangsung lama. Hubungan ini lama-kelamaan akan terasa membosankan. 

  5. Romantic Love (Cinta Romantis), yaitu hubungan antara kedua pihak yang memiliki keintiman atau kadar emosional dan gairah yang baik antara keduanya. Namun, jenis cinta ini tidak disertai adanya komitmen sehingga pasangan yang jatuh cinta romantis ini terbawa secara fisik dan emosi, tetapi tidak mengharapkan hubungan jangka panjang. 

  6. Companionate Love (Cinta Persahabatan), yaitu jenis cinta hasil dari komponen keintiman dan komitmen tanpa adanya gairah cinta. Dalam konteks persahabatan, seseorang memiliki keterikatan secara komitmen hubungan kolega atau teman karib dan memiliki kehangatan satu sama lain. Sedangkan dalam perkawinan yang lama, tidak akan menggairahkan secara fisik lagi.  

  7. Fatuous Love (Cinta Buta), yaitu jenis cinta tanpa ada keseriusan di dalamnya. Jenis cinta ini memiliki gairah dan komitmen di dalamnya, tetapi kurang intim. Cinta ini sulit dipertahankan karena kurang adanya aspek emosi.  

  8. Consummate Love (Cinta Sejati), yaitu cinta yang tersusun atas komponen keintiman, gairah dan komitmen. Jenis cinta ini harus memenuhi kriteria bahwa kedua belah pihak dalam pasangan harus bersama-sama saling mendukung dan mempertahankan hubungan. Jenis cinta ini memang lebih mudah dicapai daripada dipertahankan. Seringkali lebih mudah dilakukan daripada mempertahankannya. 

Bagaimana dengan cerita cintamu? Komponen mana yang paling kuat? 😊

Referensi: Sternberg, R. J. (1986). A triangular theory of love. Psychological Review, 93(2), 119–135.

Mas Wicarita

Founder WIcarita, portal untuk Knowledge Management System

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *